![]() |
Rilis Poster |
“Dendam tak pernah menyelesaikan masalah, hanya membuang
energi dan waktu, dan tentu menyakiti diri-sendiri dan orang lain”, itulah
pesan moral yang ingin disampaikan oleh Mark Steven Johnson selaku sutradara
dari film Killing Season. Dalam menggarap film ini Mark menggandeng aktor
senior yaitu Robert De Niro dan John Travolta. Dengan lokasi syuting di Stone
Mountain, film ini menawarkan keindahan alam pegunungan di daerah yang terletak
di Georgia,USA itu. Di dukung oleh Millenium Film Studios dan menggandeng
Exozet Effect sebagai penanggung jawab special efek dan tentu menyajikan aksi
paling vulgardalam sejarah film action.
Hasilnya adalah teng…teng…teng…Datar dan Membosankan!!! Itulah
yang aku lihat sepanjang pemutaran film yang berdurasi 91 menit itu. Bayangkan,
di 15 menit pertama saja adegan hanya dihiasi oleh dialog-dialog datar ala
sinetron, seperti sengaja menyuguhkan adu akting antara dua bintang papan atas ini,
jalan cerita juga sulit dimengerti, dan yang pasti gak ada "greget" nya sama
sekali. Harapanku yang terlalu tinggi akan adanya aksi menawan ternyata pupus
sudah. John Travolta juga sepertinya gagal menunjukkan aksi terbaiknya, di awal film dia berbicara bahasa inggris dalam logat Rusia, namun di tengah film kembali menunjukan logat Amerikanya, di penghujung film kembali lagi ke logat Rusia, maksudnya apa?
Cerita di mulai
dari perkenalan Benjamin Ford (Robert de Niro) seorang mantan tentara Amerika
dan Emil Kovac (John Travolta) mantan tentara Serbia. Siapa yang tahu jika
Kovac menaruh dendam pada Ford karena beberapa tahun silam Ford mengeksekusi
Kovac dengan menembak punggung menggunakan senapan dari jarak dekat sehingga
menyebabkan Kovac cacat sementara. Padahal tujuan Ford tidak membunuh
Kovac lantaran Ford mempunyai pedoman tak ingin membunuh tahanan. Yang berhak
membunuh adalah Tuhan. Tapi Kovac mengartikannya lain. Maka sesuai dengan
judulnya, disini diceritakan sebagai kompetisi membunuh. Siapa yang terhebat
diantara dua veteran ini?
Sejatinya film ini sangat jelas tujuannya, hanya untuk
penggemar Robert De Niro dan John Travolta, apapun filmnya jika fans beratnya
pasti akan terkagum-kagum dan mengalami euphoria berlebihan. Sama sepertiku
yang sangat mengidolakan Arnold Schawrzenegger dan Ron Perlman. Jika kedua
bintang favoritku itu main film baru pasti aku tonton dengan serindu-rindunya
hehehe…
Sangat menyedihkan melihat perkembangan saat permutaran perdananya, menduduki peringkat 48 dan hanya 12 bioskop yang mau menayangkan. Siapa yang tahu jika film ini sebenarnya termasuk film gak laku di Amerika, tanggal rilis aslinya 12 Juli 2013 dan berakhir di tanggal 18 Juli 2013, dan berapa pendapatannya? Hanya US$39 ribu alias Rp 370 juta, pasti rugi tuh hehehe… buat membayar John Travolta saja mungkin tidak cukup, jadi kurang kerjaan nih XXI Botani sampai memasukkan film sebagai menú di waktu liburan. Di berbagai sumber pun tak ada yang menjelaskan berapa budget yang sudah dikeluarkan untuk membuat film ini, yang pasti pihak produser mungkin malu untuk mempublikasi ke media.
Gagal di
finansial, ambruk juga di mata kritikus. IMDB hanya sanggup memberi rating 5,3
sedangkan Metacritic sangat kejam dengan skor 4,4 lalu Rottentomatoes lebih
parah lagi dengan 11%. Sudahlah hancur sehancur-hancurnya…aku gak bisa
membayangkan bagaimana perasaan Robert De Niro melihat kenyataan ini. Dan ada
yang unik dari film ini, mungkin ini adalah film dengan tingkat kehadiran aktor
yang sangat minim. Total hanya 7 aktor resmi yang ambil bagian di film ini,
jika ada pemeran figuran itupun hanya di adegan flash back yang durasinya tak
lebih dari dari 1 menit. Film murah dengan biaya rendah.
Oke…aku sudahi
saja yang jelek-jeleknya, sekarang aku mau memuji apa yang sudah mark lakukan
di Killing Season. Karya tetaplah karya, harus dihargai. Satu-satunya nilai
plus tentu hanya terletak di efek spesial dan departement make up, sukses
membuat penonton seperti cacing kepanasan di suguhi adegan vulgar dengan
mengeksploitasi luka-luka di tubuh yang diderita oleh dua aktor ini, yang
membuatku jadi menganggap film sekelas dan sesadis Saw(2004) jadi gak ada
apa-apanya di banding Killing Season. Sebelum film ini dibuat, praktis
hanya Saw Series yang membuat aku sering menutup mata jika ada adegan brutal
dan sadis. Karena kedua aktor ini ternyata sama-sama sadis. Akting Robert De
Niro juga masih tetap superior di umurnya yang sudah 69 tahun itu. Sebelumnya
sang sutradara ingin memakai jasa Nicholas Cage yang berperan sebagai Benjamin
Ford, mungkin faktor umur yang menyebabkan Mark lebih memilih De Niro daripada
Nicholas Cage. Sebenarnya dari sisi screenplay yang ditulis oleh Evan Daugherty
sangatlah bagus dan tergolong fresh, mungkin masalah dana yang membuat Evan
melupakan aksi-aksi lanjutan yang sanggup membuat penonton lebih antusias.
Untuk musik scoringnya aku sangat suka sekali, menampilkan gaya film klasik dan
sangat menyentuh, kadang terkesan menegangkan untuk mendukung dialog-dialog
yang cenderung biasa.
Satu hal yang masih membuatku penasaran adalah berapa budget
yang dikeluarkan untuk membuat film ini?
Salam 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar