Selasa, 13 Agustus 2013

Killing Season : Datar dan Membosankan!



Rilis Poster
“Dendam tak pernah menyelesaikan masalah, hanya membuang energi dan waktu, dan tentu menyakiti diri-sendiri dan orang lain”, itulah pesan moral yang ingin disampaikan oleh Mark Steven Johnson selaku sutradara dari film Killing Season. Dalam menggarap film ini Mark menggandeng aktor senior yaitu Robert De Niro dan John Travolta. Dengan lokasi syuting di Stone Mountain, film ini menawarkan keindahan alam pegunungan di daerah yang terletak di Georgia,USA itu. Di dukung oleh Millenium Film Studios dan menggandeng Exozet Effect sebagai penanggung jawab special efek dan tentu menyajikan aksi paling vulgardalam sejarah film action.


Hasilnya adalah teng…teng…teng…Datar dan Membosankan!!! Itulah yang aku lihat sepanjang pemutaran film yang berdurasi 91 menit itu. Bayangkan, di 15 menit pertama saja adegan hanya dihiasi oleh dialog-dialog datar ala sinetron, seperti sengaja menyuguhkan adu akting antara dua bintang papan atas ini, jalan cerita juga sulit dimengerti, dan yang pasti gak ada "greget" nya sama sekali. Harapanku yang terlalu tinggi akan adanya aksi menawan ternyata pupus sudah. John Travolta juga sepertinya gagal menunjukkan aksi terbaiknya, di awal film dia berbicara bahasa inggris dalam logat Rusia, namun di tengah film kembali menunjukan logat Amerikanya, di penghujung film kembali lagi ke logat Rusia, maksudnya apa?

Cerita di mulai dari perkenalan Benjamin Ford (Robert de Niro) seorang mantan tentara Amerika dan Emil Kovac (John Travolta) mantan tentara Serbia. Siapa yang tahu jika Kovac menaruh dendam pada Ford karena beberapa tahun silam Ford mengeksekusi Kovac dengan menembak punggung menggunakan senapan dari jarak dekat sehingga menyebabkan Kovac cacat sementara. Padahal tujuan Ford tidak membunuh Kovac lantaran Ford mempunyai pedoman tak ingin membunuh tahanan. Yang berhak membunuh adalah Tuhan. Tapi Kovac mengartikannya lain. Maka sesuai dengan judulnya, disini diceritakan sebagai kompetisi membunuh. Siapa yang terhebat diantara dua veteran ini?

Sejatinya film ini sangat jelas tujuannya, hanya untuk penggemar Robert De Niro dan John Travolta, apapun filmnya jika fans beratnya pasti akan terkagum-kagum dan mengalami euphoria berlebihan. Sama sepertiku yang sangat mengidolakan Arnold Schawrzenegger dan Ron Perlman. Jika kedua bintang favoritku itu main film baru pasti aku tonton dengan serindu-rindunya hehehe…


Sangat menyedihkan melihat perkembangan saat permutaran perdananya, menduduki peringkat 48 dan hanya 12 bioskop yang mau menayangkan. Siapa yang tahu jika film ini sebenarnya termasuk film gak laku di Amerika, tanggal rilis aslinya 12 Juli 2013 dan berakhir di tanggal 18 Juli 2013, dan berapa pendapatannya? Hanya US$39 ribu alias Rp 370 juta, pasti rugi tuh hehehe… buat membayar John Travolta saja mungkin tidak cukup, jadi kurang kerjaan nih XXI Botani sampai memasukkan film sebagai menú di waktu liburan. Di berbagai sumber pun tak ada yang menjelaskan berapa budget yang sudah dikeluarkan untuk membuat film ini, yang pasti pihak produser mungkin malu untuk mempublikasi ke media.


Gagal di finansial, ambruk juga di mata kritikus. IMDB hanya sanggup memberi rating 5,3 sedangkan Metacritic sangat kejam dengan skor 4,4 lalu Rottentomatoes lebih parah lagi dengan 11%. Sudahlah hancur sehancur-hancurnya…aku gak bisa membayangkan bagaimana perasaan Robert De Niro melihat kenyataan ini. Dan ada yang unik dari film ini, mungkin ini adalah film dengan tingkat kehadiran aktor yang sangat minim. Total hanya 7 aktor resmi yang ambil bagian di film ini, jika ada pemeran figuran itupun hanya di adegan flash back yang durasinya tak lebih dari dari 1 menit. Film murah dengan biaya rendah.

Oke…aku sudahi saja yang jelek-jeleknya, sekarang aku mau memuji apa yang sudah mark lakukan di Killing Season. Karya tetaplah karya, harus dihargai. Satu-satunya nilai plus tentu hanya terletak di efek spesial dan departement make up, sukses membuat penonton seperti cacing kepanasan di suguhi adegan vulgar dengan mengeksploitasi luka-luka di tubuh yang diderita oleh dua aktor ini, yang membuatku jadi menganggap film sekelas dan sesadis Saw(2004) jadi gak ada apa-apanya di banding Killing Season. Sebelum film ini dibuat, praktis hanya Saw Series yang membuat aku sering menutup mata jika ada adegan brutal dan sadis. Karena kedua aktor ini ternyata sama-sama sadis. Akting Robert De Niro juga masih tetap superior di umurnya yang sudah 69 tahun itu. Sebelumnya sang sutradara ingin memakai jasa Nicholas Cage yang berperan sebagai Benjamin Ford, mungkin faktor umur yang menyebabkan Mark lebih memilih De Niro daripada Nicholas Cage. Sebenarnya dari sisi screenplay yang ditulis oleh Evan Daugherty sangatlah bagus dan tergolong fresh, mungkin masalah dana yang membuat Evan melupakan aksi-aksi lanjutan yang sanggup membuat penonton lebih antusias. Untuk musik scoringnya aku sangat suka sekali, menampilkan gaya film klasik dan sangat menyentuh, kadang terkesan menegangkan untuk mendukung dialog-dialog yang cenderung biasa.

Satu hal yang masih membuatku penasaran adalah berapa budget yang dikeluarkan untuk membuat film ini?

Salam 21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar