Temanku
pernah bertanya. Apa hakekat tentang pria sejati? Apakah asal usul nya?
Bagaimana dia terlahir? Atau tentang pilihan hidup yang dia buat?
Semuanya tentang bagaimana dia memulai sesuatu dan menjalani
tanpa menoleh kebelakang. Dan selalu mengakhiri dengan tujuan yang sudah dia
buat.
Apakah ini tentang kebodohan atau kekonyolan atas pilihan
hidup?
Aku teringat dengan nasehat dari seorang profesor dari
Unair yang mengatakan “Jangan pernah kau ratapi kegelapan, tapi nyalakanlah
lilin!!!”
Lilin
tak seterang lampu kota, apalagi lampu diskotek yang penuh hingar bingar, lilin
hanya penerang sesaat. Selalu ada keterbatasan. Tapi disitulah letak dimana aku bisa belajar
bersyukur. Sebuah pelajaran moral langsung yang aku dapat dari Sang Pencipta.
Aku selalu menemukan hal baru di dunia yang benar2 baru.
Semuanya aku lalui ditengah kondisi yang sungguh berbeda dari sebelumnya. Tidak
ada lagi gegap gempita tentang meriahnya suasana panggung di Senayan, atau
hebohnya suara sound system gedung bioskop yang penuh dengan keceriaan. Aku
akan benar2 merindukan saat2 itu.
Semuanya berawal dari keputusan yang aku buat untuk
mencari dunia baru demi sebuah tujuan yang jelas, yaitu SESEORANG DI MASA
DEPAN.
Sebuah
keputusan ekstrem menurutku. Sangat ekstrem!!!
Tapi
aku bukan tipe prajurit yang akan berangkat ke medan perang hanya bermodalkan bambu
runcing, apalagi tanpa senjata. Semuanya ada harga yang harus dibayar. “Tidak
ada makan siang yang gratis” begitu kira2 kata orang2 masa kini.
Amunisi
aku siapkan mulai dari peluru kaliber kecil, sampai senjata sejenis roket
sebagai cadangan bila keadaan mulai tak menguntungkan. Tak ketinggalan “si kendaraan lapis plastik
setengah besi” beroda dua alias si Red Hawk untuk menunjang mobilitas di medan
laga.
Lantas apa yang terjadi? Seperti layaknya operasi
militer, semuanya tak berjalan sesuai rencana di atas kertas. Perang melawan
ketidakpastian tidak seperti lomba cerdas cermat, siapa yang paling cerdas
dialah yang menang, siapa yang paling cermat dialah yang menguasai keadaan.
Ternyata suatu hal yang pasti di dunia ini adalah
KETIDAKPASTIAN. Jika memang semua serba pasti tidak akan pernah ada kata
PERJUANGAN. Lha udah pasti besok aku kaya, ngapain susah2 kerja, lha sudah
pasti besok aku mati sekarang harus ibadah yang rajin, begitu kira2 analisa ku
yang agak katro.
Aku mengalami beberapa kejadian yang tidak pernah aku
mengerti sampai sekarang.
Itu sebuah pertanyaan dan akan slalu jadi pertanyaan.
Demi Sesuap Nasi...
Begitulah kira2 jargon yang terpaksa aku usung sekarang. Begitu nikmatnya saat aku hanya menemukan sepiring nasi dan sebungkus krupuk.